METODE ISTINBATH HUKUM ABDUL QADIR HASSAN DALAM PERKARA SHALAT

Abstract: The Legal Istinbath Methodology has a very strong influence on the legal products issued. Not everyone is able to practice an Islamic law because that person required master various branches of science, all which lead process establishing law. Abdul Qadir Hassan one scholars Persatuan Islam’s organization (PERSIS) who consistently refers Qur'an and as-Sunnah. This study aims determine flow his methodology in answering problems especially salat problem’s period 1958-1984. With this research, we can also understand fatwa determination from PERSIS Hisbah Council. uses library research method using materials form articles books. analysis technique used content analysis, utilizes set procedures draw appropriate conclusions document. results reveal position as-Sunnah main foundation determining In understanding text, it basically textual as long there no other information turns away. addition, existence Ijma' Companions Qiyas are law, although qiyas case not matters worship. As for opinion imam madzhab, he does use if find its basis or as-Sunnah, but function reinforcement issues. Hassan's indirectly leads us be critical distance ourselves taqlid being revise decisions have been by previous scholars.Abstrak: Metodologi Hukum memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap produk hukum dikeluarkan. Tidak semua orang mampu untuk mengistinbath sebuah karena tersebut dituntut menguasai berbagai cabang keilmuan semuanya menjurus kepada proses penetapan hukum. adalah salah seorang ulama organisasi Islam secara konsisten merujuk al-Qur’an dan Penelitian ini bertujuan mengetahui alur metodologi beliau dalam menjawab persoalan umat khususnya perkara shalat di periode Dengan adanya penelitian juga, kita juga dapat memamahi dari Dewan PERSIS. menggunakan metode peneltian pustaka dengan bahan-bahan-bahan kepustakaan berupa artikel maupun buku. Teknik analisa digunakan yaitu memanfaatkan seperangkat prosedur menarik kesimpulan tepat dokumen. Hasil mengungkapkan bahwa kedudukan menjadi fondasi utama beliau. Dalam memahami nash, pada dasarnya ia bersifat tekstualis selama tidak ada keterangan lain memalingkannya. Selain itu, keberadaan Ijma’ Sahabat menetapkan hukum, meskipun hal urusan ibadah. Adapun pendapat madzhab gunakan jika ditemukan dasanya namun fungsinya sebagai penguat keluar­kan. Metode sendiri langsung menuntun bersikap kritis menjauhkan diri buta serta merevisi keputusan-keputusan telah ditetapkan oleh sebelumnya.